Mempersiapkan Anak Memasuki Masa Remaja
  1. Home
  2. Mempersiapkan Anak Memasuki Masa Remaja untuk Keluarga
icon user

Rumah Dandelion Official

Remaja

Mempersiapkan Anak Memasuki Masa Remaja untuk Keluarga

Apa yang terlintas pada pikiran Parents ketika mendengar kata remaja? Mungkin sebagian berpikiran masa yang labil, pubertas, masa pencarian jati diri dan sebagainya. Parents juga mungkin teringat bagaimana pengalaman masa remaja dulu. Ketika mulai memiliki kelompok pertemanan tertentu, memiliki idola di sekolah ataupun jatuh cinta pada teman lawan jenis. Semua hal tersebut merupakan hal yang umum dialami oleh para remaja. Namun apakah Parents pernah berpikir, bagaimana tantangan remaja saat ini? Bagaimana cara mempersiapkan anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan keadaan saat ini? Pada artikel ini, Rumah Dandelion akan membahas mengenai kiat-kiat bagi orang tua mempersiapkan anak-anak di usia pra remaja dalam menghadapi peer pressure yang kerap terjadi di masa remaja.

Menurut (Papalia dan Feldman, 2012) masa pra remaja ditandai dengan rentang usia 10 hingga 14 tahun. Pada masa ini, seorang anak mengalami banyak perubahan baik dari aspek kognitif, fisik, maupun psikososialnya. Aspek kognitif ditandai dengan perkembangan pada otaknya yang berkaitan dengan kemampuan higher order thinking pada anak. Kemampuan tersebut juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengaitkan informasi, melakukan penalaran, dan kemampuan mempertahankan atensi (Papalia & Feldman, 2012). Perkembangan fisik anak ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat badan serta adanya kematangan pada bagian badannya. Sementara itu, aspek psikososial berkaitan dengan kemampuannya mengalami berbagai macam emosi, menginginkan privasi, ataupun perubahan mood yang cepat. Pada masa ini juga, anak mulai memperluas pergaulannya dengan memiliki teman sepermainan yang memiliki kesamaan minat (Spellings, 2005).

Pada masa remaja, pertemanan merupakan hal yang sangat memengaruhi kehidupan anak. Mereka akan merasa diri mereka berharga ketika dapat berkumpul dan menjadi bagian dari suatu pertemanan. Pada umumnya, pertemanan ini didasari pada kesamaan hobi, selera musik, kelas dan lainnya. Adanya teman sepermainan yang dimiliki anak terkadang dapat menimbulkan tekanan, ajakan ataupun pengaruh tertentu pada anak yang biasa didefinisikan dengan peer pressure (Manzoni, Rihtaric & Ricijas, 2015). Ketika anak menginjak usia ini, anak juga menjadi lebih dekat dan tergantung pada teman-temannya daripada kedua orangtua. Pada saat inilah, orang tua kerap merasa cemas bila anak terlalu terpengaruh dengan teman-temannya. Tantangan lain yang dihadapi anak pada masa ini, yaitu pengaruh media sosial yang turut memengaruhi kondisi anak. Berikut merupakan kiat-kiat yang dapat orang tua lakukan untuk mempersiapkan anak menghadapi peer pressure pada era media sosial:

  • Membangun komunikasi efektif dengan anak. Komunikasi yang efektif dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan pada anak untuk berbicara dan mengutarakan pendapat ataupun perasaannya. Banyak mendengarkan anak, tanpa menginterupsi mereka akan menjadi hal yang baik bagi komunikasi antar orangtua dengan anak.

  • Memasuki dunia anak. Untuk mengetahui kehidupan sosial anak di sekolah bersama teman-temannya, orang tua dapat memasuki dunia anak dengan belajar hal-hal yang sedang disukai anak. Hal tersebut dapat berupa musik kesukaan, idola remaja ataupun film dan hobi anak. Orang tua dapat memposisikan diri sebagai teman anak-anak sehingga anak pun merasa nyaman.

  • Menjalin komuikasi dengan teman sepermainan anak. Untuk memasuki dunia anak dapat pula dilakukan dengan berusaha dekat dengan teman sepermainan anak. Orang tua dapat meminta anak untuk bermain ke rumah dan mengadakan acara bersama. Usaha ini dapat membuat orang tua mengenal lebih dekat teman sepermainan anak dan tetap memonitor hubungan sosial anak dengan teman-temannya. Tidak hanya itu, menjalin komunikasi dengan orang tua dari teman sepermainan anak dapat pula dilakukan orang tua.

  • Berbicara pada anak tentang bagaimana membuat pilihan dan berani berkata “tidak”. Seiring meluasnya pergaulan anak ia pun akan dihadapkan dengan pilihan-pilihan ataupun ajakan dari lingkungannya. Ajak anak untuk berpikir kritisdan menimbang konsekuensi dari pilihan yang dibuatnya. Tidak hanya itu, terkadang ajakan dari teman dapat pula bersifat memaksa. Orangtua dapat ajarkan anak untuk berani berkata “Tidak” dan menolak ajakan yang kurang baik dengan cara yang sesuai.  

  • Memberikan kesempatan untuk eksplorasi. Keingintahuan anak akan berbagai hal meningkat pada masa ini. Untuk itu orangtua diharapkan untuk memberikan ruang bagi anak dalam mengeksplorasi minat dan bakatnya. Baik dalam hal olahraga, seni, musik ataupun memperkenalkan berbagai macam jenis pekerjaan.

  • Mengenalkan perkembangan teknologi dan media pada anak. Pada masa sekarang, orang tua harus secara sadar mengikuti perkembangan teknologi dan sosial media. Kenalkan pada anak pemanfaatan teknologi yang sesuai dengan usianya, seperti membaca atau menonton konten-konten yang berkaitan dengan pelajaran ataupun hobinya.

  • Membatasi jumlah waktu untuk penggunaan media. Baik menonton tayangan di TV ataupun menggunakan sosial media, orang tua harus tetap dapat membatasi waktu penggunaannya. Buatlah perjanjian dengan anak kapan dan berapa lama waktu yang dapat disepakati oleh orang tua dan anak.

  • Memberikan pengertian pada anak mengenai informasi yang mengandung fakta dan opini. Penyebaran informasi dapat terjadi dengan cepat tanpa anak secara sadar mampu menyaringnya dengan baik. Untuk itu, berikan pengertian pada anak mengenai hal tersebut. Orang tua dapat pula memberikan contoh pada anak tentang suatu berita dan bersama-sama menelaah kebenaran informasi tersebut.

  • Belajar mencintai diri sendiri. Pada masa remaja, anak kerap membandingkan penampilan dirinya dengan teman lainnya. Terkadang, hal ini turut memengaruhi kondisi psikologis dan motivasi anak. Untuk itu, orang tua harus terus memberikan pengertian pada anak bahwa penampilan fisik bukan segalanya. Kekuatan karakter, prestasi, minat, dan bakat anak merupakan hal yang begitu spesial pada dirinya sehingga ia pun dapat menerima dan mencintai dirinya sendiri.

Nah Parents, itu dia hal yang dapat kita lakukan untuk mempersiapkan anak pada masa pra remaja dalam menghadapi tantangan dan peer pressure pada masa ini. Semoga artikel ini dapat memberikan insight bagi Parents ya!

 

Referensi:

Manzoni, M. L., Lotar, M., & Ricijaš, N. (2011). Peer Pressure in Adolescence. Lap Lambert Academic Publ.

Artikel Lainnya