Post-Partum Depression, Bisakah dialami oleh Para Ayah
  1. Home
  2. Post-Partum Depression: Bisakah Dialami Para Ayah?
icon user

Rumah Dandelion Official

Remaja

Post-Partum Depression: Bisakah Dialami Para Ayah?

Ternyata jawabannya adalah ya, bisa! Meskipun angka kemunculannya tidak sebanyak pada perempuan, sangat mungkin para ayah yang mengalami PPD justru tidak diketahui angka kemunculannya karena keengganan mereka dalam mencari bantuan.

Tidak bisa dipungkiri, meski kesadaran masyarakat tentang PPD mulai meningkat, para ibu saja masih banyak yang tidak mau mengakui bahwa dirinya mengalami PPD dan membutuhkan bantuan karena takut dinilai sebagai ibu gagal. Para ayah, biasanya lebih enggan lagi untuk mengakui bahwa ia membutuhkan bantuan karena adanya pandangan bahwa ayah tidak mungkin mengalami PPD karena ia tidak mengalami perubahan hormon selayaknya wanita yang hamil dan melahirkan.

Berapa banyak para ayah yang mengalami PPD? Hasil penelitian dari Pinheiro dkk (2006) menemukan bahwa sekitar PPD pada para ayah 12% terjadi di periode waktu 6 – 12 minggu setelah kelahiran anak. Dan PPD pada para ayah ini ternyata lebih rentan terjadi pada ayah baru (setelah kelahiran anak pertama).

Apa yang membuat para ayah dapat mengalami PPD?

Berikut adalah beberapa faktor resiko penyebabnya:

  1. Istri yang juga mengalami depresi. Sama seperti keyakinan bahwa kebahagiaan dapat menular, begitu juga dengan perasaan depresif. Bukan berarti secara langsung ibu yang mengalami PPD akan membuat para ayah juga mengalami PPD. Namun, para suami bisa merasa kewalahan dalam membantu istrinya yang mengalami PPD dan mengurus bayi baru lahir, terutama bila para ayah baru ini tidak memiliki bantuan dari lingkungan sosialnya.
  2. Kondisi stress dan kelelahan secara emosional. Kehadiran anak membawa banyak perubahan, tidak hanya perubahan yang positif, tapi juga perubahan yang memberikan tuntutan lebih, seperti kewajiban finansial yang lebih besar. Kombinasi antara tekanan finansial, kelelahan merawat bayi baru lahir, beban kerja di kantor, dan perubahan pola tidur di malam hari membuat para ayah rentan mengalami stress dan kelelahan secara emosional.
  3. Hubungan dengan istri yang kurang harmonis, terutama jika sudah terjadi sejak masa kehamilan. Adanya kerenggangan dan hubungan pernikahan yang kurang harmonis membuat para ayah kurang baik dalam beradaptasi dengan kehidupan baru setelah bayi lahir.
  4. Rasa iri terhadap perhatian dan hubungan yang terjalin antara ibu dan anak. Ya, sebelum bayi lahir, hampir semua perhatian istri diberikan untuk suaminya. Dan ketika bayi lahir, wajar bila bayi membutuhkan lebih banyak perhatian dan bantuan. Namun, tidak bisa dipungkiri, ternyata para ayah juga merasa kehilangan perhatian dari istri, dan merasa iri ketika hubungan emosional (bonding/attachment) antara ayah dan anak tidak bisa terbentuk sebaik atau sekuat ibu dan anak.

Meski tidak mengalami perubahan hormone karena hamil seperti para ibu, ternyata para ayah juga bisa mengalami post-partum depression yang dominan disebabkan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Ayah yang memiliki PPD memberikan konsekuensi negatif, tidak hanya kepada bayi, tapi juga kepada istri dan dinamika keluarga secara keseluruhan. Beberapa penelitian menemukan bahwa bayi dengan ayah yang mengalami depresi rentan untuk mengalami masalah emosi dan perilaku di kemudian hari. Hubungan dengan istri pun bisa menjadi semakin buruk dan kurang harmonis karena adanya kecenderung para ayah yang mengalami PPD untuk menampilkan perilaku kasar dan seakan tidak peduli terhadap istri.

Apa yang dapat lingkungan sekitar lakukan bila mengenali adanya para ayah yang mengalami PPD? Satu hal yang pasti, berikan dukungan, bentuk apa pun yang dibutuhkan oleh si ayah. Tidak perlu memberikan penilaian negatif atau mengecilkan kondisi yang dialami para ayah. Bantu para ayah untuk mau terbuka dan bercerita kepada orang lain mengenai kondisi yang dialami, dan yakini bahwa keterbukaan tersebut dapat membantunya mengatasi kondisi depresinya menjadi lebih baik.

 

 

Oleh: Nadya Pramesrani, M.Psi., Psikolog

Referensi:

https://www.nct.org.uk/parenting/postnatal-depression-dads#What causes pnd among dads

http://www.webmd.com/depression/news/20100518/dads-get-postpartum-depression-too#1

Kim, P. & Swain, J. (2007). Sad dads: Paternal Postpartum Depression. Psychiatry (Edgmont). 2007 Feb; 4(2): 35–47.

Artikel Lainnya