Sexting Pada Remaja
  1. Home
  2. Sexting Pada Remaja, Apa Itu?
icon user

Rumah Dandelion Official

Remaja

Sexting Pada Remaja, Apa Itu?

Sexting adalah kegiatan bertukar gambar telanjang atau semi telanjang, pesan yang memprovokasi secara seksual, yang dikirimkan melalui handphone, email, atau media elektronik lainnya (Lounsbury, Mitchell, & Finkelhor, 2011). Di Indonesia sendiri, belum ada lembaga yang mengeluarkan data resmi mengenai prevalensi dilakukannya sexting di kalangan remaja Indonesia. Meski tidak ada data resmi, perlu diwaspadai juga oleh para orang tua bahwa dengan adanya fenomena ini, perlu bagi orang tua untuk melakukan pembicaraan dan pemberian pendidikan seks kepada anak-anak, terutama anak remajanya, agar mereka tidak salah kaprah dan melakukan hal-hal yang bisa merugikan mereka di kemudian hari.

Sebuah survey yang dilakukan di Amerika tahun 2010 oleh American National Campaign terhadap 1280 responden berusia 13 – 26 tahun, menemukan bahwa 1 dari 5 remaja pernah mengirimkan gambar telanjang atau semi telanjang. 39% remaja pernah mengirimkan pesan-pesan bernuansa seksual dan 48% pernah menerima pesan-pesan tersebut. Sekitar 71% remaja putri dan 67% remaja putra saling berkirim pesan bernuansa seksual kepada pacarnya. Alasan yang paling banyak mendasari dilakukannya sexting di kalangan remaja adalah karena karena menganggap perilaku tersebut sebagai aktivitas yang menyenangkan dan menggoda (fun and flirtatious activity).

Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, namun sayangnya belum bisa dinyatakan sebagai data nasional, karena kasus yang dimaksud adalah dari kasus-kasus konseling pribadi yang penulis terima, pengiriman pesan bergambar telanjang (atau semi telanjang) kepada pacar (terutama dari perempuan ke laki-laki) ditemukan di kalangan remaja ibu kota, bahkan dari usia Sekolah Menengah Pertama. Masalah kemudian muncul ketika hubungan pacaran mereka berakhir dan tidak berakhir dengan baik. Beberapa kasus yang penulis temui adalah remaja perempuan yang diancam oleh pacarnya untuk tidak memutuskan hubungan atau foto-foto tersebut akan disebar. Kasus terbaru yang penulis tangani adalah foto semi telanjang si anak perempuan dan foto mesra bersama mantan pacar disebar oleh mantan pacarnya. Untungnya, orang tua dan pihak sekolah ketika itu cepat dan bijak dalam menangani kasus tersebut sehingga tidak sampai membuat si anak perempuan mengalami bullying ataupun masalah emosional lainnya.

Akan tetapi dari kasus tersebut, apa yang bisa dipelajari oleh orang tua lain agar hal tersebut tidak sampai dialami oleh anak-anaknya? Pertama sekali yang perlu dipahami oleh orang tua adalah kenapa hal ini bisa terjadi. Di perkembangan zaman dimana semua handphone yang dimiliki anak sudah dilengkapi kamera dan akses internet, membuat  sexting di kalangan remaja menjadi “umum”. Menarik fasilitas handphone tidak menjadi solusinya. Yang perlu dilakukan orangtua adalah memberikan pendidikan dan pemahaman kepada anak tentang penggunaan teknologi dengan bijak dan juga pendidikan seks terutama di topik apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam perilaku pacaran yang sehat.

Bagaimana mencegah sexting?

Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah anak-anak remajanya melakukan sexting adalah:

  1. Mendiskusikan konsekuensi yang ada dari pengiriman pesan atau gambar yang mengandung unsur telanjang. Tidak perlu menggunakan istilah sexting ketika sedang diskusi, orangtua bisa menggunakan kata-kata “mengirim pesan atau gambar tanpa/minim busana”. Seringkali remaja belum menyadari bagaimana satu tindakan dapat mempengaruhi kehidupan mereka di jangka panjang. Gunakan kasus-kasus yang ada di lingkungan sekitar atau pemberitaan yang ada, tapi hindari berbohong dan menakut-nakuti.

  2. Ketika anak bercerita kepada orang tua bahwa mereka melakukan sexting, hindari reaksi yang ekstrim dari orangtua seperti berteriak, menangis, memaki, dan/atau memarahi secara berlebihan. Sebenarnya, ketika anak mengakui dengan sukarela kepada orangtua, hal ini terjadi karena mereka sendiri sudah menyesal dan merasa bersalah atas tindakannya. Orangtua perlu membantu anak remajanya untuk menghapus foto-foto yang ada dan menghubungi orangtua dari anak yang menerima pesan tersebut untuk menghapus kepemilikan foto tersebut juga.

  3. Diskusikan antara orang tua dan anak tentang pengaruh dari peer pressure atau kebutuhan anak remaja untuk diterima dan disukai oleh orang lain. Diskusi mengenai dampak-dampak buruk yang mungkin ditimbulkan dapat menurunkan kecenderungan remaja melakukan sexting.

Berdayakan remaja dengan informasi dan pengetahuan yang tepat dan sesuai agar dapat membantu mereka menjaga diri dan terhindar dari perilaku-perilaku yang dapat membahayakan mereka.

 

Penulis: Nadya Pramesrani, M.Psi, Psikolog

 

Referensi

Lounsburry, K., Mitchell, K., & Finkelhor, D. (2011). The true prevalence of sexting. Crimes Against Children Research Center, University of Hampshire. http://unh.edu/ccrc/pdf/Sexting%20Fact%20Sheet%204_29_11.pdf

The National Campaign to Prevent Teen and Unplanned Pregnancy, and CosmoGirl.com. (2010). Sex and tech: Results from a survey of teens and young adults. http://www.thenationalcampaign.org/sextech/PDF/SexTech_Summary.pdf

The dangers of sexting among youth. http://m.datehookup.com/list.aspx?p=ARTICLE&url=%2Fcontent-the-dangers-of-sexting-among-the-youth.htm

Artikel Lainnya